Malam sudah mau berganti pagi, jam dinding menunjukkan tepat jam 3 pagi. Pagi buta seorang ibu paruh baya sudah memulai aktifitasnya. Dinginnya pagi tak menyurutkan langkahnya untuk pergi. Karena hari ini ada manten, biasa manten dengan tradisi jawa banyak yang harus dirias sanggul, dari mantennya sendiri, ibunya manten, keluarga sampai among tamunya, sehingga perlu berangkat pagi buta untuk menyesuaikan jadwal resepsi. setiap ada undangan merias temanten ada berkah/rejaki tersendiri untuk para perias manten. Walau tak setiap hari ada undangan merias tapi hasilnya lumayan untuk membantu ekonomi keluarga. Dibulan-bulan tertentu sesuai penanggalan Jawa, terkadang cukup ramai undangan merias manten. Merias manten menjadi pekerjaan sambilan selain menjadi ibu rumah tangga.
Iya...ibu paruh baya itu adalah ibuku. Ibu yang telah mengandungku 9 bulan 10 hari, ibu yang telah melahirkan aku 24 tahun yang lalu, yang selalu merawatku dengan kasih sayangnya dan selalu memberi motivasi untuk anaknya. sudah 11 tahun lamanya ibuku menekuni pekerjaan ini, walau kadang mengeluh capek dan kadang sempat sakit tetap saja beliau jalani dengan senang hati.
Tuhan memberikan berkah lain pada ibuku, ketrampilan untuk merias, walau itu tak diturunkan padaku, tapi aku bangga pada beliau. Ibuku seorang wanita yang kuat dilahirkan sebagai anak sulung dari 7 bersaudara dari keluarga yang sederhana, bisa menjadi panutan untuk saudaranya.
Kehidupan keluarga kami yang sempat terpuruk karena suatu hal, tapi tak membuat ibuku lemah, walau pada akhirnya pertahanan fisik beliau tergrogoti penyakit.
Aku masih kecil waktu itu, seingatku kelas 2 SD ibuku terserang penyakit komplikasi. Beliau sangat tergantung dari obat-obatan yang harus dikonsumsi 3 kali sehari. Setiap kali obatnya habis perlu kontrol ke dokter, keluar masuk rumah sakit sudah sering, suntikan menjadi hal yang biasa. Berbagai penghobatan sudah diupayakan, dari dokter sampai paranormal. Bertahun-tahun dilalui ibuku tanpa putus asa. Sampai disuatu hari divonis umur ibu tak lama lagi. Manusia hanya bisa menduga, doa kami tak pupus-putus untuk kesembuhan ibuku.
Tapi Tuhan berkehendak dan berkata lain. Tuhan mendengar semua doa kami, kesehatan ibuku berangsur-angsur membaik dan sekarang dapat beraktifitas seperti biasa. Karena dulu sering disuntik sekarang ibuku menjadi fobia untuk disuntik.
Hanya syukur yang sekarang bisa aku panjatkan. Tuhan masih memberikan umur yang panjang untuk ibuku dan memberikan kesehatan untuk beliau. Samapi sekarang tetap setia mendampingi anaknya untuk mengejar impian.
Menurutku ibuku tak seperti ibu-ibu yang lain pada umumnya. Walau aku terlahir sebaagi anak perempuan dan anak tunggal, tapi beliau selalu mendukung aktifitasku dan memberi motivasi dan kepercayaan padaku. Beberapa tahun lalu saat akau memutuskan untuk berangkat ke Kalimantan dengan besar hati ibuku melepaskanku tanpa tetes air mata, bahkan ibuku sendiri yang mengantarku samapi bandara. Aku tak tahu apa yang bergemuruh dalam hatinya saat itu. Yang aneh tetanggaku malah yang menangis. Tak tahu kenapa???
Keinginanku untuk kerja di Kamp, beliau dukung . Bapakku malah yang berat hati. Awalnya aku kira ibuku yang tak memperbolehkan tapi ternyata salah.
Tiga bulan yang lalu, sejak Embah Putriku meninggal, selain mengurus keluargaku jauga mengurus Embah Kungku. Beliau tetap jalani dengan besar hati.
Ibuku selalu mengajarkanku untuk selalu berbagai dengan orang lain, bersyukur dan selalu berhati-hati. Ibuku yang selalu mengerti keinginanku, yang membuat aku selalu berani menghadapi pasang surut kehidupan, menjadikanku wanita yang kuat dan tegar, tak menyerah dengan keadaan. Ibuku selalu ada untukku, doanya selalu menyertaiku.
Saat ini aku belum bisa membahagiakan ibuku/Orangtuaku, tapi aku yakin ibuku tak minta itu. Kasih tulunya untuk membesarkan anaknya tak mungkin aku bisa balas dengan materi. Aku yakin ibuku sangat menginginkan kebahagiandan kesuksesan anaknya. Aku yakin ibuku sangat menginginkan kehidupan yang baik dan layak untuk anaknya. Seorang ibu yang berhati mulai, seorang ibu yang sederhana bermental baja. Kasih ibu sepanjang waktu tak lekang oleh waktu. Terimakasih ibu, hanya doa yang bisa aku panjatkan, semoga Tuhan memberi umur yang panjang, kesehatan dan kekuatan. tuahan tempatkanlah ibu dan bapakku menjadi salah satu penghuni surgamu.
Iya...ibu paruh baya itu adalah ibuku. Ibu yang telah mengandungku 9 bulan 10 hari, ibu yang telah melahirkan aku 24 tahun yang lalu, yang selalu merawatku dengan kasih sayangnya dan selalu memberi motivasi untuk anaknya. sudah 11 tahun lamanya ibuku menekuni pekerjaan ini, walau kadang mengeluh capek dan kadang sempat sakit tetap saja beliau jalani dengan senang hati.
Tuhan memberikan berkah lain pada ibuku, ketrampilan untuk merias, walau itu tak diturunkan padaku, tapi aku bangga pada beliau. Ibuku seorang wanita yang kuat dilahirkan sebagai anak sulung dari 7 bersaudara dari keluarga yang sederhana, bisa menjadi panutan untuk saudaranya.
Kehidupan keluarga kami yang sempat terpuruk karena suatu hal, tapi tak membuat ibuku lemah, walau pada akhirnya pertahanan fisik beliau tergrogoti penyakit.
Aku masih kecil waktu itu, seingatku kelas 2 SD ibuku terserang penyakit komplikasi. Beliau sangat tergantung dari obat-obatan yang harus dikonsumsi 3 kali sehari. Setiap kali obatnya habis perlu kontrol ke dokter, keluar masuk rumah sakit sudah sering, suntikan menjadi hal yang biasa. Berbagai penghobatan sudah diupayakan, dari dokter sampai paranormal. Bertahun-tahun dilalui ibuku tanpa putus asa. Sampai disuatu hari divonis umur ibu tak lama lagi. Manusia hanya bisa menduga, doa kami tak pupus-putus untuk kesembuhan ibuku.
Tapi Tuhan berkehendak dan berkata lain. Tuhan mendengar semua doa kami, kesehatan ibuku berangsur-angsur membaik dan sekarang dapat beraktifitas seperti biasa. Karena dulu sering disuntik sekarang ibuku menjadi fobia untuk disuntik.
Hanya syukur yang sekarang bisa aku panjatkan. Tuhan masih memberikan umur yang panjang untuk ibuku dan memberikan kesehatan untuk beliau. Samapi sekarang tetap setia mendampingi anaknya untuk mengejar impian.
Menurutku ibuku tak seperti ibu-ibu yang lain pada umumnya. Walau aku terlahir sebaagi anak perempuan dan anak tunggal, tapi beliau selalu mendukung aktifitasku dan memberi motivasi dan kepercayaan padaku. Beberapa tahun lalu saat akau memutuskan untuk berangkat ke Kalimantan dengan besar hati ibuku melepaskanku tanpa tetes air mata, bahkan ibuku sendiri yang mengantarku samapi bandara. Aku tak tahu apa yang bergemuruh dalam hatinya saat itu. Yang aneh tetanggaku malah yang menangis. Tak tahu kenapa???
Keinginanku untuk kerja di Kamp, beliau dukung . Bapakku malah yang berat hati. Awalnya aku kira ibuku yang tak memperbolehkan tapi ternyata salah.
Tiga bulan yang lalu, sejak Embah Putriku meninggal, selain mengurus keluargaku jauga mengurus Embah Kungku. Beliau tetap jalani dengan besar hati.
Ibuku selalu mengajarkanku untuk selalu berbagai dengan orang lain, bersyukur dan selalu berhati-hati. Ibuku yang selalu mengerti keinginanku, yang membuat aku selalu berani menghadapi pasang surut kehidupan, menjadikanku wanita yang kuat dan tegar, tak menyerah dengan keadaan. Ibuku selalu ada untukku, doanya selalu menyertaiku.
Saat ini aku belum bisa membahagiakan ibuku/Orangtuaku, tapi aku yakin ibuku tak minta itu. Kasih tulunya untuk membesarkan anaknya tak mungkin aku bisa balas dengan materi. Aku yakin ibuku sangat menginginkan kebahagiandan kesuksesan anaknya. Aku yakin ibuku sangat menginginkan kehidupan yang baik dan layak untuk anaknya. Seorang ibu yang berhati mulai, seorang ibu yang sederhana bermental baja. Kasih ibu sepanjang waktu tak lekang oleh waktu. Terimakasih ibu, hanya doa yang bisa aku panjatkan, semoga Tuhan memberi umur yang panjang, kesehatan dan kekuatan. tuahan tempatkanlah ibu dan bapakku menjadi salah satu penghuni surgamu.
I LOVE YOU, MOM
SELAMAT HARI IBU UNTUK IBU-IBU DISELURUH DUNIA
SELAMAT HARI IBU UNTUK IBU-IBU DISELURUH DUNIA
Sengaja aku tulis menulis tentang ibuku, karena hari ini tanggal 22 Dember adalah hari ibu. Walau tak harus waktu hari ibu aku menulisnya, tapi momen ini mengingatkanku akan sosok motinator dalam hidupku. Toh ibuku juga tak akan membaca tulisanku ini, karena ibuku hanya seorang ibu rumah tangga yang tak tahu tentang komputer. Aku hanya berharap dapat menginspirasi untuk diriku. Sumua akan aku wujudkan sebagai tanda kasih sayang dan rasa hormatku untuk kedua orangtuaku.
(Palangka, 21 Desember 2008)
(Palangka, 21 Desember 2008)