Lama aku tak
menengok blok ini, akhirnya setelah sekian lama kumulai lagi menyusun
huruf-huruf merangkai kata menjadi kalimat yang tak berarti.
Kumulai
dengan ucapan syukur tiada tara….Allah telah memberi semua kebaikan kepadaku,
tangis, penyesalan smua kecewa…rasanya hanya munafik dari diriku. Aku selalu
lupa menyadari karunia Allah yang luas tak terhingga. Banyak nikmat yang
tercurah, yang harus aku lebih syukuri.
Kumulai lagi
tulisanku dengan perjalananku ke Kabupaten Bulungan awal Maret lalu. Sudah 2
tahun aku tak kesini, tak banyak berubah tapi ada yang berubah. Sepanjang
tepian sungai Kayan menjadi cantik, enak untuk dibuat jogging. Dua tahun lalu
tak pernah terbayang olehku, untuk berjalan-jalan disepanjang tepian sungai
ini. Dalam ingatanku sepanjang tepian sungai ini hanyalah tanah becek jika
hujan. Tapi sekarang menjadi taman dengan jogging track yang panjang,
bunga-bunga dan lampu-lampu hias yang indah.
Sengaja aku
jalan kaki menyelusuri sepanjang tepian sungai ini sore itu, hari itu memang
panas terik, tapi senja di tepian sungai Kayan sangat indah. Dari balik
pepohonan dibelakang pulau yang memisahkan sungai ini menjadi dua, matahari
mulai tenggelam, sinarnya kekuningan terpancar diatas air sungai, terpendar
dalam langit yang biru bersih. Sesekali mesin speed memecah keheningan air
sungai. Teringat suatu masa dimana aku harus datang disalah satu desa dipulau
itu. Desa dengan kedamaian, terbentang pohon jeruk yang manis dan keramahan
penduduk desanya yang luar bisa. Disisi lain dari pulau itu, ada desa dengan
budaya lokal yang masih kental. Ah….itu masa-masa aku masih kurus dan hitam
tapi menyenangkan.
Kembali ketaman
ini, tanam ini dimulai dari tugu cinta damai dan sepertinya menjadi maskot kota
ini, baguslah sebuah pesan perdamaian untuk sebuah daerah yang multi etnis. Taman
milik semua kalangan dari orang tua yang punya penyakit rematik dan suka
berjalan dijalan batu-batu atau orang dewasa suka bersepada maupun anak-anak
suka bermain jungkit.
Setelah
beberapa tahun lalu menjadi ibu kota provinsi Kalimantan Utara, sedikit ada
pembanguan. Tapi satu kata sepi masih terasa. Jauh lebih ramai kota Tarakan dibandingkan
kota ini. Maklum dari sebelum pemekaran pembanguan dan perekonomian kota
Tarakan lebih maju. Bekas kerusuhan karena masalah pilkada gubernur beberapa
bulan lalu juga sudah tak terlihat. Kantor gubernur yang pernah dibakar masa
sudah rapi. Sedikit beda dibelakang kantor gubernur terlihat gedung menjulang
yang belum jadi. Mungkin buat perkantoran yang baru. Tempat penyebrangan klotok
untuk ke kecamatan Tanjung Palas juga telah dibangun bagus, beda dengan 3 tahun
yang lalu. Saat kami berfoto disitu.
Kota ini
menyimpan banyak kenangan buatku. Es
oyen didepan hotel tunas dulu menjadi favorit jikala panas. Dan yang selalu tak
terlupa dari kota ini adalah ikan rebus di warung pujasera. Dulu ikan rebus
menjadi menu tiap malam. Pasar sore masih seperti dulu, deretan toko-toko yang
dulu tak pernah berubah. Sepanjang jalan diperkantoran masih seperti dulu, saat
aku mengulangi menyusuri sepanjang jalan itu seperti dulu.
Cerita dan
kenangan di kota ini akan selalu tersimpan dalam ingatan. Pahit, manis, indah
dan lelah menjadi bagian dari kisah
perjalanan dikota ini. Entah kapan lagi ada kesempatan dan umur untuk datang
lagi ke kota ini walapun hanya sekedar untuk mengenang. Suatu hari pasti akan ada
rasa kangen itu. Akan kutulis guratan cerita dalam hati tentang sepenggal
perjalanan yang luar biasa.